Kamis, 05 September 2013


It’s the little things that make you hold on to things you should have let go of a long time ago. It’s the little things that make you smile, things that certain people do and they don’t even know they made you smile. But you hold on to that smile, that smile that is some sort of hope. And you can only hope that it gets better.

Don’t give up hope. It always happens when you least expect it 


They can’t just be wiped clean away. You have to work hard to make things right. You may not know how but if it’s something you care about you sure as hell will find a way and if you can’t you’ll MAKE AWAY. Don’t be a coward, don’t run away from it. You want true forgiveness EARN it.
Rembulan VS Matahari

Rembulan tak pernah menyatakan cintanya pada Matahari. Rembulan tahu bahwa ia sangat mencintai Matahari meski tata surya ini hancur sekalipun. Tetapi ia kenapa tetap tdk mau mengatakannya.

Kenapa ia begitu bodoh dan keras kepala?

Rembulan itu takut ketika ia mengutarakan cintanya, ia akan kehilangan gravitasinya dan jatuh entah kemana. Rembulan tetap bersikeras untuk tidak mengatakannya. dan mulutnya bungkam seribu bahasa
Rembulan hanya bisa mengungkapkan cinta itu lewat perilakunya pada Matahari. Mengajaknya bermain, membuatnya tertawa, dan memberikannya kebahagiaan.

Apa selamanya akan seperti itu?

Rembulan tahu bahwa ia tidak bisa selamanya berlaku seperti itu. Ia tahu bahwa mungkin saja Matahari akan padam atau pergi meninggalkannya, tahu bahwa mungkin saja ia akan jatuh ke Bumi atau hancur kejatuhan meteorit, dan tahu bahwa suatu saat Tuhan akan mengobrak-abrik tata surya.Tapi, mulutnya selalu bungkam seribu bahasa 


When you stand and share your story in an empowering way, your story will heal you and your story will heal somebody else.

If you’re reading this and feel like the world would be better off without you, or that you’ve hit rock bottom…the world wouldn’t be the same without you, and give it time, things do get better. Please never give up.


Setak-bergunanya aku, bahkan kamu enggan mengerti.

Setak-berartinya aku, bahkan aku pun terabaikan.

Setak-bermaknanya aku, hingga aku menjadi satu dari tumpukan yang terlupakan.

Aku hanyalah lalat hijau yang terbang dan hinggap di ujung sedotan minumanmu.

Aku hanyalah spasi di antara huruf terakhir dan tanda baca, yang hanya memisahkan, tanpa arti.

Aku hanyalah sisa-sisa karet penghapus yang terpisah setelah membersihkan dosamu, dengan luka.

Bagaimana kamu pernah begitu menginginkan aku, lalu kemudian seolah aku yang terlalu menginginkanmu.

Dan tentang segala kata maaf yang bahkan bukan salahku.

Dan tentang segala duka yang pernah kusembunyikan di balik semua bahagiaku.

Dan kamu yang pernah selalu memanjakan perihnya lukaku. Dengan membuat aku tersenyum

Aku hanyalah aku, yang tak pernah kamu akui keberadaanku 

Jangan ditanya seberapa tumpul otakku untuk berpikir. 

Yang berulang kali patah tetap saja kurekatan kembali dengan hati-hati memakai peniti. 

Karena basah pipi kian karib denganku kelip kota di kejauhan memanggilku pulang hanya kulirik saja. 

Bisa kutukar milyaran helaan dengan satu tarikan nafas lega? Akan kutambahi dengan bergelas-gelas air mata bila kamu mau.


Akan lebih mudah jika bumi tetap bulat seutuhnya

Bukan bulat namun terkotak-kotak di dalamnya

Andaikan mencintai seseorang itu adalah kehendak merdeka

Yang tak perlu dihakimi, ditatap heran, atau terlampau menyiksa

Aku dan kamu adalah dua kurva yang berpotongan rapi

Walau aku tak sepenuhnya paham irisan yang menjembatani kita

Ada sesuatu, ada hal, ada beberapa

Ada kata yang tidak terucap, sentuh yang tidak sampai

Ada lagu yang terputus-putus, langkah yang terbata-bata

Kita sama-sama dewasa, sama-sama bisa saling mengerti

Pertanyaannya, apakah kamu merasakan apa yang aku rasakan?




Aku berfikir tadi nya sama .. 
Aku kepada mu sama dengan Aku kepada teman teman ku yang lain.
Tapi saat aku menurunkan 1 oktaf nada suaraku saat bicara dengan mu, dan mungkin ini sudah tidak sama.
Aku mulai ingin terlihat santun di depan mu, ini sudah agak menjanggal.
Sampai pada saatnya, aku mulai mengerti saat mataku sudah menyerah membalas tatapan mu yang memang sekedarnya.
Tampaknya, ada yang ingin aku sembunyikan.


Tidak semua rasa bisa terungkap indah oleh kata. 
Kamu tahu, aku tahu, maka cukup waktu yang berbicara.
 Ya, terkadang rasa itu lebih indah tatkala terasa, bukan terucap hanya dengan bahasa. Saat bahasa mewujudkan rasa dalam kata, sebagian makna akan menguap lenyap. Seperti misteri yang telah terpecahkan. 
Kamu tahu, aku tahu, maka cukup waktu saja yang bicara dalam bahasa tanpa kata.

                                              With Love,
                                          A y u  . J o e s h a